Senin, 31 Mei 2010

4 Fakta dan Mitos Tentang Shisha


Hanya karena prosedur dan alatnya lebih rumit, merokok dengan shisha sering dianggap lebih aman. Padahal selama yang dihisap adalah asap tembakau, racun nikotin tetap mengancam kesehatan. Berikut 4 fakta dan mitos soal shisha.

Shisha atau disebut juga hookah merupakan alat penghisap tembakau yang berasal dari India. Penggunaan alat ini populer di Timur Tengah, dan menyebar ke seluruh dunia.

Bentuk alat ini mirip lampu minyak, dengan tabung utama yang terhubung ke sejumlah pipa penghisap. Papan pemanas berisi bara api terdapat di bagian paling atas, berfungsi untuk membakar tembakau.

Tabung utama biasanya terbuat dari kaca, dan berisi air sebagai filter. Karena filternya berupa air, maka muncullah anggapan bahwa shihsa lebih aman dibandingkan rokok filter.

Dikutip dari Live Science, Senin (31/5/2010), sebuah penelitian di Inggris berhasil mementahkan anggapan tersebut. Penelitian yang dilakukan tahun 2009 itu dimuat dalam American Journal of Preventive Medicine.

Menurut penelitian tersebut, shisha justru menghasilkan asap lebih banyak dibandingkan rokok. Akibatnya, karbon monoksida (CO) yang terhirup lebih banyak dan bisa menyebabkan sesak napas.

Kadar nikotin pada shisha juga tidak lebih sedikit meski difilter dengan air. Secara umum risiko kesehatan yang dihadapi saat menghisap shisha sama besarnya dengan rokok biasa, termasuk kanker paru-paru serta gangguan kehamilan.

Oleh karena itu, pikirkan sekali lagi jika masih menganggap shisha lebih aman dibandingkan rokok. Berikut ini adalah 4 mitos paling populer di kalangan pengguna shisha, dikutip dari Live Science, Senin (31/5/2010).

Mitos: Shisha menghasilkan nikotin lebih sedikit dibandingkan rokok biasa.
Fakta: Penelitian di atas membuktikan, shisha maupun rokok biasa menghasilkan nikotin dalam kadar yang kurang lebih sama. Kalaupun ada perbedaan, itu tergantung pada tembakaunya dan biasanya shisha justru menggunakan tembakau terbaik dengan kadar nikotin lebih tinggi.

Mitos: Asap yang lebih tipis menunjukkan kadar racun pada shisha lebih kecil.
Fakta: Asap yang tipis pada shisha disebabkan oleh kelembaban yang tinggi, karena adanya air. Kadar racun tidak terpengaruh oleh ketebalan asap.

Mitos:
Air di dasar shisha berfungsi sebagai filter racun.
Fakta: Dalam jumlah sangat kecil, memang ada racun yang terjebak dalam air. Tetapi jumlahnya tidak signifikan untuk menekan risiko kesehatan yang bisa muncul.

Mitos: Tembakau dengan rasa buah-buahan yang sering digunakan dengan shisha memberi manfaat bagi kesehatan.
Fakta: Fungsi bahan perasa yang digunakan hanya untuk aroma, sedikitpun tidak memberi manfaat bagi kesehatan.

Rabu, 26 Mei 2010

Mucus / Lendir

In vertebrates, mucus (adjectival form: "mucous") is a slippery secretion produced by, and covering, mucous membranes. It is a viscous colloid containing antiseptic enzymes (such as lysozyme), proteins such as lactoferrin, glycoproteins known as mucins that are produced by goblet cells in the mucous membranes and submucosal glands, immunoglobulins, and inorganic salts. This mucus serves to protect epithelial cells in the respiratory, gastrointestinal, urogenital, visual, and auditory systems in mammals; the epidermis in amphibians; and the gills in fish. A major function of this mucus is to protect against infectious agents such as fungi, bacteria and viruses. The average human body produces about a litre of mucus per day.

Snails, slugs, bony fish, hagfish and some other invertebrates also produce external mucus. In addition to serving a protective function against infectious agents, such mucus provides protection against toxins produced by predators, can facilitate movement and may play a role in communication.

Respiratory system

In the respiratory system mucus aids in the protection of the lungs by trapping foreign particles that enter it, particularly through the nose, during normal breathing. "Phlegm" is a specialized term for mucus that is restricted to the respiratory tract, while the term "mucus" more globally describes secretions of the nasal passages as well.

Nasal mucus is produced by the nasal mucosa, and mucal tissues lining the airways (trachea, bronchus, bronchioles) is produced by specialized airway epithelial cells (goblet cells) and submucosal glands. Small particles such as dust, particulate pollutants, and allergens as well as infectious agents such as bacteria are caught in the viscous nasal or airway mucus and prevented from entering the system. This event along with the continual movement of the respiratory mucus layer toward the oropharynx, helps prevent foreign objects from entering the lungs during breathing. Additionally, mucus aids in moisturizing the inhaled air and prevents tissues such as the nasal and airway epithelia from drying out. Nasal and airway mucus is produced constitutively, with most of it swallowed unconsciously, even when it is dried.

Increased mucus production in the respiratory tract is a symptom of many common illnesses, such as the common cold and influenza. Similarly, hypersecretion of mucus can occur in inflammatory respiratory diseases such as respiratory allergies, asthma, and chronic bronchitis. The presence of mucus in the nose and throat is normal, but increased quantities can impede comfortable breathing and must be cleared by blowing the nose or expectorating phlegm from the throat. Tears are also a component of nasal mucus.

Diseases involving mucus

Generally nasal mucus is clear and thin, serving to filter air during inhalation. During times of infection, mucus can change colour to yellow or green either as a result of trapped bacteria, or due to the body's reaction to viral infection.

In the case of bacterial infection, the bacterium becomes trapped in already clogged sinuses, breeding in the moist, nutrient-rich environment. Antibiotics may be used to treat the secondary infection in these cases, but will generally not help with the original cause.

In the case of a viral infection such as cold or flu, the first stage and also the last stage of the infection causes the production of a clear, thin mucus in the nose or back of the throat. As the body begins to react to the virus (generally one to three days), mucus thickens and may turn yellow or green. In viral infections, antibiotics will not be useful, and are a major avenue for misuse. Treatment is generally symptom-based; often it is sufficient to allow the immune system to fight off the virus over time.

Mucus as a medical symptom

Increased mucus production in the upper respiratory tract is a symptom of many common ailments, such as the common cold. Nasal mucus may be removed by blowing the nose, picking the nose, or by using traditional methods of nasal irrigation. Excess nasal mucus, as with a cold or allergies may be treated cautiously with decongestant medications. Excess mucus production in the bronchi and bronchioles, as may occur in asthma, bronchitis or influenza, may be treated with anti-inflammatory medications as a means of reducing the airway inflammation which triggers mucus over-production. Thickening of mucus as a "rebound" effect following overuse of decongestants may produce nasal or sinus drainage problems and circumstances that promote infection. Mucus with any color other than clear or white is generally an indicator of an infection of the nasal mucosa, the paranasal sinus or, if produced via a productive cough, of a lower respiratory tract infection.

Cold weather and mucus

During cold weather, the cilia which normally sweep mucus away from the nostrils and towards the back of the throat (see respiratory epithelium) become sluggish or completely cease functioning. This results in mucus running down the nose and dripping (a runny nose). Mucus also thickens in cold weather; when an individual comes in from the cold, the mucus thaws and begins to run before the cilia begin to work again.

Digestive system

In the digestive system, mucus is used as a lubricant for materials which must pass over membranes, e.g., food passing down the esophagus. A layer of mucus along the inner walls of the stomach is vital to protect the cell linings of that organ from the highly acidic environment within it. The same protective layer of mucus is what comes out when you sneeze. Mucus does not digest in the intestinal tract, so mucus commonly appears in fecal matter whether its origin is from the intestines, or swallowed.

Reproductive system

In the female reproductive system, cervical mucus prevents infection. The consistency of cervical mucus varies depending on the stage of a woman's menstrual cycle. At ovulation cervical mucus is clear, runny, and conducive to sperm; post-ovulation, mucus becomes thicker and is more likely to block sperm.

In the male reproductive system, the seminal vesicles contribute up to 60% of the total volume of the semen and contain mucus, amino acids, and fructose as the main energy source for the sperm.

BERSIN JUGA SEHAT


Sebagian orang mungkin menganggap bersin adalah hal sepele. Padahal, bersin merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya zat asing ke dalam tubuh. Karena itu jangan ditahan jika anda terasa ingin bersin.

Selain menyebabkan kuman dan benda asing tertahan dalam tubuh, menahan bersin juga menyebabkan beberapa hal lainnya. Misalnya pecahnya gendang telinga, kehilangan pendengaran, Pembengkakan wajah sementara dan keretakan tulang rawan hidung. Sebab, saluran hidung dan mulut yang menjadi sarana keluaran bersin berhubungan juga dengan telinga.

Untuk diketahui, bersin adalah respon tubuh yang dilakukan oleh membran hidung ketika mendeteksi adanya bakteri dan kelebihan cairan yang masuk ke dalam hidung, sehingga secara otomatis tubuh akan menolak bakteri tersebut. Bersin juga dapat timbul akibat adanya peradangan (rhinosinusitis), benda asing, infeksi virus, atau reaksi alergi. Reaksi alergi tersebut muncul karena paparan terhadap bahan alergen.

Selain karena alergi, gejala pada hidung tersebut disebabkan bahan-bahan nonalergi yang ditimbulkan faktor lingkungan. Di antaranya, perubahan udara, temperatur, suhu, kelembapan, tekanan udara, atau bahan-bahan kimia dari obat-obat atau kosmetik tertentu. Mungkin juga akibat polusi udara karena asap kendaraan dan lingkungan industri. Kepantasan udara yang dilepaskan ketika bersin bisa mencapai 160 km/jam.

Bersin sebetulnya berguna menjaga agar hidung tetap bersih (cleansing effect). Udara yang mengembus kuat dengan tekanan tinggi dari paru-paru mendorong keluar melalui hidung dan mulut. Refleks bersin itu bisa terjadi berulang-ulang, sehingga diharapkan pembersihan bisa maksimal.

Kamis, 20 Mei 2010

Pasteurization / Pasteurisasi

Pasteurization is a process which slows microbial growth in food. The process was named after its creator, French chemist and microbiologist Louis Pasteur. The first pasteurization test was completed by Louis Pasteur and Claude Bernard on April 20, 1864. The process was originally conceived as a way of preventing wine and beer from souring.
Pasteurization is not intended to destroy all pathogenic micro-organisms in the food or liquid. Instead, pasteurization aims to reduce the number of viable pathogens so they are unlikely to cause disease (assuming pasteurization product is stored as indicated and consumed before its expiration date). Commercial-scale sterilisation of food is not common because it adversely affects the taste and quality of the product. Certain food products are processed to achieve the state of commercial sterility.

Products that can be pasteurized



Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Proses ini diberi nama atas penemunya Louis Pasteur seorang ilmuwan Perancis. Tes pasteurisasi pertama diselesaikan oleh Pasteur dan Claude Bernard pada 20 April 1862.

Tidak seperti sterilisasi, pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk membunuh seluruh mikroorganisme di makanan. Bandingkan dengan appertisasi yang diciptakan oleh Nicolas Appert. Pasteurisasi bertjujuan untuk mencapai "pengurangan log" dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga tidak lagi bisa menyebabkan penyakit (dengan syarat produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kadaluwarsa). Sterilisasi skala komersial makanan masih belum umum, karena dia mempengaruhi rasa dan kualitas dari produk.

Produk yang bisa dipasteurisasi

Rabu, 19 Mei 2010

Woolsorter’s disease or Anthrax

Anthrax, as it is more commonly called, is caused by the Gram-positive, spore-forming bacteria Bacillus anthracis. Woolsorter’s disease was also once known as ragpicker’s disease; its most common form in humans is cutaneous infection via the injured skin or mucous membranes of agricultural or industrial workers associated with infected animals or animal products. In 1877, the bacillus was the first bacterium shown to be the cause of a disease—one of the origins of the famous (Robert) Koch’s postulates. Along with mad cow disease, toxoplasmosis and the black plague ,anthrax is one of many animal blights with a direct impact on human health. The disease is surprisingly common and is endemic in the United States, EROPA, ASIA, AFRIKA, KARIBIA

Infection occurs through the skin or by inhalation or ingestion of bacterial spores. Intestinal and pulmonary anthrax are the most deadly. The latter usually results in death 1–2 days after the onset of acute symptoms. Treatment with antibiotics such as penicillin is generally effective after initial exposure and can protect against growing bacilli, but it will not destroy the spores themselves.

The bacteria can propagate wildly and stimulate effusions of blood and fluids in various organs and body cavities (>109 bacteria/mL of blood is commonplace). This is followed by prostration of the victim and organ failure. One of the reasons anthrax is such a deadly pathogen may be because its evolution has made it dependent on the death of the host for propagation. Once death ensues in nature, the animal’s carcass rots in the field, exposing the bacteria crowded in the bloodstream to the open air. This stimulates spore formation, which is the main transmissible source of the disease. Spores can survive for decades in contaminated soil from which they can ultimately be inhaled or ingested by herbivores, which starts the cycle over again. Because anthrax requires the death of its host to effect transmission, few evolutionary stops exist compared with disease organisms that depend on the host staying alive—at least long enough for transmission.

Vaccine controversy

Normally, anthrax vaccination is only recommended for workers in danger of exposure—especially farmworkers and veterinarians in rural practice. But anthrax has also been a staple of the biological warfare arsenal for nearly 60 years; thus, it is increasingly a military concern. Ever since the Gulf War and the decision by the U.S. military to conduct mandatory anthrax vaccinations of its personnel, there has been public controversy over the safety and efficacy of the vaccine. A recent U.S. Supreme Court decision upheld the right of the military to enforce its anthrax vaccination policy. Studies conducted by the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) found no link between anthrax vaccination and adverse reactions, including the purported “Gulf War Syndrome”.As part of a congressionally mandated CDC Anthrax Vaccine Research Program, new studies on rhesus monkeys are planned to determine the vaccine’s effectiveness, especially against aerosol delivery, the most likely terrorist scenario.

The only approved anthrax vaccine in the United States is produced from a cell-free filtrate of bacterial cultures. Vaccination generally involves a 6-dose schedule at 0, 2, and 4 weeks with boosters at 6, 12, and 18 months. Problems with vaccine supply have also recently been an issue—BioPort Corp., the Lansing, MI, company that makes the vaccine, was unable to produce sufficient doses to meet demand in 2000.For the CDC’s view of the vaccine issue, visit the CDC Web site, especially >www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr4915a1.htm.

INHALATION ANTRHAX


CUTANEOUS ANTHRAX

Minggu, 16 Mei 2010

ANTIGENIC DRIFT AND ANTEGENIC SHIFT



Antigenic drift: A mechanism for variation by viruses that involves the accumulation of mutations within the antibody-binding sites so that the resulting viruses cannot be inhibited well by antibodies against previous strains making it easier for them to spread throughout a partially immune population.
Antigenic drift occurs in both influenza A and influenza B viruses.

Antigenic drift: Sebuah mekanisme untuk variasi oleh virus yang melibatkan akumulasi mutasi dalam situs mengikat antibodi sehingga virus yang dihasilkan tidak dapat dihambat dengan baik oleh antibodi terhadap strain sebelumnya sehingga lebih mudah bagi mereka untuk tersebar di seluruh kekebalan sebagian penduduk. Antigenic drift terjadi di kedua influenza A dan B virus influenza

Antigenic shift: A sudden shift in the antigenicity of a virus resulting from the recombination of the genomes of two viral strains. Antigenic shift is seen only with influenza A viruses. It results usually from the replacement of the hemagglutinin (the viral attachment protein that also mediates the entry of the virus into the cell) with a novel subtype that has not been present in human influenzaviruses for a long time. The source of these new genes is the large reservoir of influenzaviruses in waterfowl. The consequences of the introduction of a new hemagglutinin into human viruses is usually a pandemic, or a worldwide epidemic.

Antigenic shift: Perubahan mendadak dalam antigenicity dari virus yang dihasilkan dari rekombinasi genom dari dua galur virus. Pergeseran antigenik terlihat hanya dengan virus influenza A. Itu biasanya hasil dari penggantian hemaglutinin (lampiran protein virus yang juga menengahi masuknya virus ke dalam sel) dengan subtipe novel yang tidak pernah hadir di influenzaviruses manusia untuk waktu yang lama. Sumber gen ini baru merupakan reservoir yang besar influenzaviruses di unggas air. Konsekuensi dari penerapan suatu hemaglutinin baru ke dalam virus manusia biasanya merupakan pandemi, atau epidemi di seluruh dunia.

Kamis, 13 Mei 2010

iz the world of doctor: ATHLETE'S FOOT / TINEA PEDIS

iz the world of doctor: ATHLETE'S FOOT / TINEA PEDIS

ATHLETE'S FOOT / TINEA PEDIS


Athlete's foot ( of the foot and tinea pedis) is a fungal infection of the skin that causes scaling, flaking, and itch of affected areas. It is caused by fungi in the genus Trichophyton and is typically transmitted in moist areas where people walk barefoot, such as showers or bathhouses. Although the condition typically affects the feet, it can spread to other areas of the body, including the groin. Athlete's foot can be prevented by good hygiene, and is treated by a number of pharmaceutical and other treatments.

Symptoms
Athlete's foot causes scaling, flaking, and itching of the affected skin. Blisters and cracked skin may also occur, leading to exposed raw tissue, pain, swelling, and inflammation. Secondary bacterial infection can accompany the fungal infection, sometimes requiring a course of oral antibiotics.
The infection can be spread to other areas of the body, such as the groin, and usually is called by a different name once it spreads, such as tinea corporis on the body or limbs and tinea cruris (jock itch or dhobi itch) for an infection of the groin. Tinea pedis most often manifests between the toes, with the space between the fourth and fifth digits most commonly afflicted.
Some individuals may experience an allergic response to the fungus called an "id reaction" in which blisters or vesicles can appear in areas such as the hands, chest and arms. Treatment of the fungus usually results in resolution of the id reaction.

Diagnosis
Diagnosis & treatment can be performed by a general practitioner or pharmacist, and by specialists such as a dermatologist, podiatrist & to a lesser extent a foot health practitioner .

Athlete's foot can usually be diagnosed by visual inspection of the skin, but where the diagnosis is in doubt direct microscopy of a potassium hydroxide preparation (known as a KOH test) may help rule out other possible causes, such as eczema or psoriasis. A KOH preparation is performed on skin scrapings from the affected area. The KOH preparation has an excellent positive predictive value, but occasionally false negative results may be obtained, especially if treatment with an anti-fungal medication has already begun.
If the above diagnoses are inconclusive or if a treatment regimen has already been started, a biopsy of the affected skin (i.e. a sample of the living skin tissue) can be taken for histological examination.
A Wood's lamp, although useful in diagnosing fungal infections of the hair (Tinea capitis), is not usually helpful in diagnosing tinea pedis since the common dermatophytes that cause this disease do not fluoresce under ultraviolet light. However, it can be useful for determining if the disease is due to a non-fungal afflictor.

Transmission
From person to person

Athlete's foot is a communicable disease caused by a parasitic fungus in the genus Trichophyton, either Trichophyton rubrum or Trichophyton mentagrophytes.[8] It is typically transmitted in moist environments where people walk barefoot, such as showers, bath houses, and locker rooms. It can also be transmitted by sharing footwear with an infected person, or less commonly, by sharing towels with an infected person.

To other parts of the body

The various parasitic fungi that cause athlete's foot can also cause skin infections on other areas of the body, most often under toenails (onychomycosis) or on the groin (tinea cruris).

Prevention
The practices given in this section do not only help prevent spread of the fungus, they can also help greatly in managing and curing athlete's foot in an individual by reducing or eliminating re-exposure to the fungus in one's home environment.

The fungi that cause athlete's foot can live on shower floors, wet towels, and footwear. Athlete's foot is caused by a fungus and can spread from person to person from shared contact with showers, towels, etc. Hygiene therefore plays an important role in managing an athlete's foot infection. Since fungi thrive in moist environments, it is very important to keep feet and footwear as dry as possible.

Prevention measures in the home
The fungi that cause athlete's foot live on moist surfaces and can be transmitted from an infected person to members of the same household through secondary contact.[12] By controlling the fungus growth in the household, transmission of the infection can be prevented.

Bathroom hygiene

* Spray tub and bathroom floor with disinfectant after each use to help prevent reinfection and infection of other household members.

Frequent laundering

* Wash sheets, towels, socks, underwear, and bedclothes in hot water (at 60 °C / 140 °F) to kill the fungus.
* Change towels and bed sheets at least once per week.

Avoid sharing

* Avoid sharing of towels, shoes and socks between household members.
* Use a separate towel for drying infected skin areas.

Prevention measures in public places

* Wear shower shoes or sandals in locker rooms, public showers, and public baths.
* Wash feet, particularly between the toes, with soap and dry thoroughly after bathing or showering.
* If you have experienced an infection previously, you may want to treat your feet and shoes with over-the-counter drugs.

Personal prevention measures

* Dry feet well after showering, paying particular attention to the web space between the toes.
* Try to limit the amount that your feet sweat by wearing open-toed shoes or well-ventilated shoes, such as lightweight mesh running shoes. Some shoes (such as the Geox brand) are specifically marketed as breathable and may help keep feet dry.
* Wear lightweight cotton socks to help reduce sweat. These must be washed in hot water and/or bleached to avoid reinfection. New light weight, moisture wicking polyester socks, especially those with anti-microbial properties, may be a better choice. Bamboo socks are claimed to be much more absorbent than cotton and so may help keep feet dry.
* Use foot powder to help reduce moisture and friction. Some foot powders also include an anti-fungal ingredient.
* Keep feet dry using an antiperspirant (not just a deodorant). If hyperhydrosis (excess sweating) is an issue use an antiperspirant with a higher concentration of active ingredients (e.g. 20% aluminium chloride hexahydrate).
* Keep shoes dry by wearing a different pair each day.
* Sanitize the inside of your shoes with a germicidal shoe tree.
* Change socks and shoes after exercise.
* Replace sole inserts in shoes/sneakers on a frequent basis.
* Replace old sneakers and exercise shoes.
* After any physical activity shower with a soap that has both an antibacterial and anti-fungal agent in it.

Treatments
There are many conventional medications (over-the-counter and prescription) as well as alternative treatments for fungal skin infections, including athlete's foot. Important with any treatment plan is the practice of good hygiene. Several placebo controlled studies report that good foot hygiene alone can cure athlete's foot even without medication in 30-40% of the cases. However, placebo-controlled trials of allylamines and azoles for athlete’s foot consistently produce much higher percentages of cure than placebo.
Since athlete's foot thrives in moist environments it is important for individuals with hyperhidrosis to reduce excess sweating.

Conventional treatments
Conventional treatment typically involves daily or twice daily application of a topical medication in conjunction with hygiene measures outlined in the above section on prevention. Keeping feet dry and practicing good hygiene is crucial to preventing reinfection. Severe or prolonged fungal skin infections may require treatment with oral anti-fungal medication. Zinc oxide based diaper rash ointment may be used; talcum powder can be used to absorb moisture to kill off the infection.

Topical medications
The fungal infection is often treated with topical antifungal agents, which can take the form of a spray, powder, cream, or gel. The most common ingredients in over-the-counter products are miconazole nitrate (2% typical concentration in the United States) and tolnaftate (1% typ. in the U.S.). Terbinafine is another common over-the-counter drug. There exists a large number of prescription antifungal drugs, from several different drug families. These include ketaconazole, itraconazole, naftifine, nystatin,

Some topical applications such as carbol fuchsin (also known in the U.S. as Castellani's paint), often used for intertrigo, work well but in small selected areas. This red dye, used in this treatment like many other vital stains, is both Fungicide. But still the number one thing to curing athletes foot is to have good hygiene.

The time line for cure may be long, often 45 days or longer. The recommended course of treatment is to continue to use the topical treatment for four weeks after the symptoms have subsided to ensure that the fungus has been completely eliminated. However, because the itching associated with the infection subsides quickly, patients may not complete the courses of therapy prescribed.

Anti-itch creams are not recommended as they will alleviate the symptoms but will exacerbate the fungus; this is due to the fact that anti-itch creams typically enhance the moisture content of the skin and encourage fungal growth. For the same reason, some drug manufacturers are using a gel instead of a cream for application of topical drugs (for example, naftin and Lamisil). Novartis, maker of Lamisil, claims that a gel penetrates the skin more quickly than cream.

If the fungal invader is not a dermatophyte but a yeast, other medications such as fluconazole may be used. Typically fluconazole is used for candidal vaginal infections moniliasis but has been shown to be of benefit for those with cutaneous yeast infections as well. The most common of these infections occur in the web spaces (intertriginous) of the toes and at the base of the fingernail or toenail. The hall mark of these infections is a cherry red color surrounding the lesion and a yellow thick pus.

Oral medications
Oral treatment with griseofulvin was begun early in the 1950s. Because of the tendency to cause liver problems and to provoke aplastic anemia the drugs were used cautiously and sparingly. Over time it was found that those problems were due to the size of the crystal in the manufacturing process and microsize and now ultramicrosize crystals are available with few of the original side effects.[citation needed]
For severe cases, the current preferred oral agent in the UK is the more effective terbinafine. Other prescription oral antifungals include itraconazole and fluconazole.

Alternative treatments

Topical oils
Symptomatic relief from itching may be achieved after topical application of tea tree oil, probably due to its involvement in the histamine response; however, the efficacy of tea tree oil in the treatment of athlete's foot (achieving mycological cure) is varied.

Onion extract
A study of the effect of 3% (v/v) aqueous onion extract was shown to be very effective in laboratory conditions against Trichophyton mentagrophytes and T. rubrum.

Garlic extract
Ajoene, a compound found in garlic, is sometimes used to treat athlete's foot.

Boric acid
Boric acid application in the socks is used to prevent athlete's foot when recurrent infections occurs, but is not used to treat it.

Epsom salts
Some podiatrists recommend soaking the feet in a solution of Epsom salts in warm water.

Nah,,mumpung slama ini artikel saya pake bahasa Indonesia, kan yg mengunjungi blokg saya dan butuh pengetahuan bukan cuma oramg indonesia, jadi mulai sekarang artikel saya ada yg menggunakan bhasa inggris dan ada yg menggunakan bahasa Indonesia, klo artikelnya sedikit, saya pake dua2nya...sekalian melatih bahasa Para Pembaca dan saya trima kasih ^^, thanks you ^^, arigatou gozaimazu,, ^^

Selasa, 11 Mei 2010

LAFADZ BACAAN SHALAT WAJIB BESERTA ARTINYA

Bacaan Do’a Iftitah


Artinya :
Maha besar Allah, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Maha Suci Allah sepanjang pagi dan petang.

“ Saya menghadapkan muka saya kepada Tuhan pencipta langit dan bumi dengan rendah hati dan sejujur-jujurnya sebagai seorang muslim, bukan sebagai seorang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya. Begitulah saya diperintah, dan saya sebahagian dari orang islam.

Al- Fatihah

Artinya :

“ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Yang pengasih dan penyayang. Yang menguasai hari kemudian. Pada-Mulah aku menyembah, dan kepada-Mulah aku meminta pertolongan. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Bagaikan jalannya orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat. Bukan jalan mereka yang pernah Engkau murkai, atau jalannya orang-orang yang sesat.

Ruku


Artinya :
“Mahasuci Allah Maha Agung serta memujilah aku kepadaNya. “

I'Tidal


Artinya :
Allah mendengar orang yang memujiNya.

Pada waktu berdiri tegak ( I’tidal ) terus membaca :

“ RABBANAA LAKAL HAMDU MIL USSAMAWAATI WAMI UL ARDLI WAMIL UMAA SYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU “

Artinya :
Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu

Sujud

Artinya :
“ Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi, dan memujilah aku kepada-Nya. “

Duduk Antara 2 Sujud

Artinya :
“ Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajat kami dan berilah rizqi kepadaku, dan berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku. “

Bacaan Tahiyat:
Tahiyat Awal
ialah
Artinya :
“ Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajat kami dan berilah rizqi kepadaku, dan berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku. “

Tahiyat akhir; seperti bacaan di atas dan disambung dengan bacaan berikut:
Artinya :

Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah, salam, rahmat, dan berkahNya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam keselamatan semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah! Limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad. “ Sebagimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. “ Diseluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia.”

Senin, 10 Mei 2010

Bakteri

BAKTERI, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai prokariota, karena bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukariota. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka.

Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.

Sejarah

Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον yang memiliki arti "small stick".

Struktur Sel

Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki selaput inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teichoic. Sementara bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar, lipopolisakarida - terdiri atas membran dan lapisan peptidoglikan yang tipis terletak pada periplasma (di antara lapisan luar dan membran sitoplasmik).

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas dan magnetosom.

Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim...

Morfologi/bentuk bakteri
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

* Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
o Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
o Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
o Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
o Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
o Staphylococcus, jika bergerombol
o Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
* Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
o Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
* Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
o Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.

Alat gerak bakteri
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:

* Atrik, tidak mempunyai flagel.
* Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
* Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
* Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
* Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.

Pengaruh lingkungan terhadap bakteri
SUHU

Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:

* Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
* Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
* Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C

KELEMBABAN
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.

CAHAYA
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.

Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya.

YOU DOESNT UNDERSTAND IT?!?!
YOU SPEAK ENGLISH
CHECK INFORMATION ABOVE IN
http://en.wikipedia.org/wiki/Bacteria

Sabtu, 08 Mei 2010

Pemicu Mimpi Buruk


Sebagian besar orang dewasa pernah mengalami mimpi buruk setidaknya satu kali dalam sebulan. Mimpi buruk ini terkadang membuat seseorang terbangun tiba-tiba, merasa pusing, lelah, dan tidur pun menjadi kurang berkualitas.

Penyebab mimpi buruk antara lain, konsumsi obat-obatan, gen yang tidak sempurna, penyakit saraf degeneratif seperti Alzheimer, dan peristiwa traumatis. Mimpu buruk juga mendera orang yang mengalami stres saat siang hari. Pada malam hari, emosi yang timbul karena stres siang hari, muncul dalam bentuk mimpi buruk.

Lalu, beberapa orang, terutama yang berkepribadian terbuka dan sensitif, mungkin memiliki batas tipis antara mimpi dan kenyataan. Sehingga, kejadian buruk saat siang hari bisa hadir saat malam hari dalam bentuk mimpi buruk.

"Mimpi buruk adalah mimpi yang bersifat disfungsional," kata Rosalind Cartwright, kepala pelayanan gangguan tidur dit Rush-Presbyterian - St. Luke's Medical Center, AS, seperti dikutip dari Best Health Mag.

Ketika Anda berusaha menenangkan perasaaan dan meredakan emosi negatif, otak pun memprosesnya. Emosi negatif yang berlebihan diproses, dan justru muncul saat Anda tidur melalui mimpi buruk. Jika Anda pernah berada dalam kecelakaan mobil yang buruk misalnya, Anda mungkin tidak dapat segera mengatasi rasa trauma dan emosi negatif yang muncul. Mimpi buruk pun akan mudah muncul.

Seperti Cartwright tulis dalam bukunya 'Crisis Dreaming', ia mengungkap kalau mimpi buruk adalah tangisan dalam bentuk lain. Terkadang mimpi buruk bisa membantu seseorang mencari resolusi untuk mengatasi masalah dan trauma yang dihadapinya. Tetapi, jika mimpi buruk dan tak kunjung hilang selama berhari-hari ada baiknya, berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Kamis, 06 Mei 2010

Pielonefritis


DEFINISI
Pielonefritis adalah
infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal, pembengkakan pada ginjal

PENYEBAB
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit.
Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.

Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
- kehamilan
- kencing manis
- keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.

GEJALA
Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan muntah.

Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.

Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal.
Kadang otot perut berkontraksi kuat.

Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh kejang ureter.
Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal.

Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali.

Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.
Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil).
Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah:
- pemeriksaan air kemih dengan mikroskop
- pembiakan bakteri dalam contoh air kemih untuk menentukan adanya bakteri.

USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya.

PENGOBATAN
Segera setelah diagnosis ditegakkan, diberikan antibiotik.
Untuk mencegah kekambuhan, pemberian antibiotik bisa diteruskan selama 2 minggu.
4-6 minggu setelah pemberian antibiotik, dilakukan pemeriksaan air kemih ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.

Pada penyumbatan, kelainan struktural atau batu, mungkin perlu dilakukan pembedahan.

PENCEGAHAN
Seseorang yang sering mengalami infeksi ginjal atau penderita yang infeksinya kambuh setelah pemakaian antibiotik dihentikan, dianjurkan untuk mengkonsumsi antibiotik dosis rendah setiap hari sebagai tindakan pencegahan.
Lamanya pengobatan pencegahan yang ideal tidak diketahui, tetapi seringkali dihentikan setelah 1 tahun. Jika infeksi kembali kambuh, maka pengobatan ini dilanjutkan sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan

Rabu, 05 Mei 2010

Koksidioidomikosis (Demam San Joaquin, Demam Lembah)

DEFINISI
Koksidioiodomikosis (Demam San Joaquin, Demam Lembah) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Coccidioides immitis, yang biasanya menyerang paru-paru.

PENYEBAB
Jamur Coccidioides immitis.

Spora dari jamur Coccidioides immitis yang hidup di da;a, tanah di beberapa daerah di Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Yang paling mungkin menghirup spora dan terinfeksi adalah para petani dan pekerja lainnya yang berhubungan dengan tanah yang terkontaminasi spora.

GEJALA
Terdapat 2 (dua) bentuk infeksi:

1. Koksidioidomikosis primer akut.
Koksidiodomikosis primer akut merupakan infeksi paru-paru yang ringan. Penderita dengan infeksi akut biasanya tanpa gejala. Kalaupun ada gejala, biasanya timbul 1-3 minggu setelah terinfeksi.
Gejala-gejalanya ringan, diantaranya demam, nyeri dada dan menggigil. Mungkin disertai batuk berdahak, kadang-kadang batuk darah.
Beberapa penderita mengalami rematik padang pasir (desert rheumatism), yaitu adanya konjungtivitis (peradangan selaput mata) dan artritis (peradangan sendi) disertai eritema nodosum (peradangan kulit).

2. Koksidioidomikosis progresif.
Koksidioidomikosis progresif bersifat menyebar ke seluruh tubuh dan seringkali berakibat fatal.
Bentuk progresif seringkali merupakan suatu pertanda bahwa seseorang mengalami gangguan sistem kekebalan, yang biasanya disebabkan oleh AIDS.
Bentuk yang progresif jarang ditemukan dan bisa timbul dalam beberapa minggu, beberapa bulan bahkan bertahun-tahun setelah infeksi akut primer atau setelah tinggal di daerah dimana penyakit ini biasa terjadi.
Gejala-gejalanya berupa demam ringan, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan dan badan terasa lemah.
Infeksi paru-paru bisa memburuk dan menyebabkan peningkatan gangguan pernafasan. Infeksi juga bisa menyebar ke tulang, sendi, hati, limpa, ginjal dan otak.


DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil analisa dahak ataupun nanah.

Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap jamur ini. Antibodi tertentu akan timbul sejak awal, tapi menghilang pada infeksi akut dari penyakit ini dan akan tetap ada pada infeksi progresif.

PENGOBATAN
Infeksi akut biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus dan akan sembuh sempurna.

Infeksi progresif diobati dengan amfoterisin B intravena (melalui pembuluh darah) atau flukonazol per-oral (melalui mulut).
Pilihan lain adalah dengan itrakonazoldan ketokonazol.
Meskipun pengobatan ini efektif untuk infeksi lokal (miosalnya pada kulit, tulang ataupun sendi), namun sering kambuh lagi setelah pengobatan dihentikan.

Jenis infeksi progresif yang sering berakibat fatal adalah meningitis (infeksi pada selaput otak dan medulla spinalis).
Bila seseorang terkena meningitis, maka diberikan flukonazol atau sebagai pilihan lain diberikan amfoterisin B yang disuntikkan ke dalam cairan spinal.
Pengobatan harus dilanjutkan sampai beberapa tahun berikutnya, bahkan sepanjang hidup penderita. Meningitis yang tidak diobati selalu berakibat fatal.

Senin, 03 Mei 2010

Pecahkan Masalah dengan Tidur



Saat sedang memiliki masalah, dan otak terasa buntu untuk mencari jalan keluar, cobalah untuk tidur. Penelitian menemukan seseorang bisa berpikir dari berbagi sudut pandang setelah tidur. Selain itu, jika muncul mimpi, kemampuan menangani masalah pun menjadi lebih baik.

Para ilmuwan percaya bahwa merenungkan masalah sering mengarah ke solusi, tetapi bahwa efek itu meningkat ketika orang memasuki fase tidur yang dikenal sebagai Rapid Eye Movement (REM). Mereka percaya bahwa terjadi REM dominan sebelum kita tidur. Hal itu membantu otak membuat hubungan antara subjek yang tidak terkait.

Seperti dikutip dari Telegraph, Sabtu 24 April 2010, peneliti menyimpulkan REM adalah hal penting untuk mengasimilasi informasi baru ke dalam pengalaman masa lalu.

Hal ini akan mendatangkan solusi-solusi kreatif untuk mengatasi masalah. Penelitian yang dilakukan oleh Profesor Sara Mednick, seorang psikiater di University of California, melibatkan 77 orang dewasa yang diberi permainan kata kreatif di pagi hari.

Peserta ditunjukkan beberapa kelompok tiga kata (seperti kue, jantung, enam belas) dan diminta untuk menemukan empat kata yang dapat dihubungkan dengan tiga kata (seperti manis). Kemudian dalam beberapa hari setelah diperbolehkan dan dimonitor menggunakan pemindai otak untuk melihat kualitas tidur, mereka diberikan permainan baru, tetapi sejenis.

Untuk pekerjaan yang sama, waktu tidur memungkinkan mereka untuk membuat otak berpikir dan menghasilkan solusi yang lebih bervariasi dan lebih baik. Tetapi untuk tugas-tugas baru, setelah tidur kemampuan mereka mengatasi masalah meningkat hingga hampir 40 persen.

"REM secara khusus membantu seseorang mendapatkan solusi atas sebuah masalah. Caranya dengan membiarkan otak menyambungkan ide-ide yang belum terkait," kata profesor Mednick.

Benarkah Tangis Bayi Pengaruhi Kesehatan Otak



Tangisan menjadi cara bayi berkomunikasi untuk mengekspresikan rasa tidak nyaman seperti ketika popoknya basah, lapar, mengantuk, lelah, takut, atau sakit.

Tangisan dipandang sebagai suatu hal yang wajar pada bayi, yang biasanya disertai gerakan menarik-narik kaki ke atas, kepala bergoyang, wajah kemerahan, ada pula yang disertai kentut atau flatus.

Namun, waspadai tangisan bayi yang terlalu lama. Kondisi seperti ini berpengaruh buruk terhadap perkembangan otak. Dr Penelope Leach berpendapat, bayi yang terlalu lama menangis tanpa respons akan sulit mengembangkan kemampuan belajar saat tumbuh besar.

Dia menyatakan, jangka waktu menangis yang lama dapat merusak otak. Menurut Dr Leach, terus menangis menyebabkan peningkatan produksi 'hormon stres' yaitu kortisol. Semakin panjang periode bayi menangis, semakin banyak kortisol yang merusak fungsi pengendali di otak bayi.

"Bukan berarti bahwa bayi tidak boleh menangis, Menangis bukan tidak baik, tetapi jangan membiarkan tangisan tidak mendapat respons," ujar penulis buku 'Your Baby And Child: From Birth To Age Five' tersebut.

Komentar Dr Leah yang dimuat dalam The Independent bertentangan dengan pendapat sejumlah pakar dan studi lain. Pakar anak dan penulis 'Queen of Routine' Ford Gina menyarankan, agar membiarkan bayi baru lahir menangis hingga 20 menit. Ini untuk membentuk pola tidur mereka.

Studi dan Murdoch Children's Research Institute Australia membagi dua 225 anak usia enam tahun saat masih bayi. Satu kelompok dengan periode tangisan yang dikendalikan dan satu kelompok dibiarkan terus menangis. Studi menyimpulkan, kedua kelompok bayi yang menangis tidak mempengaruhi perkembangan emosi dan perilaku mereka saat kanak-kanak.

Penelitian yang sama menemukan bahwa 50 persen orangtua yang memiliki masalah dengan pola tidur anak mereka mengalami masalah perkawinan. Apapun hasil penelitian itu, sebaiknya berikan respons segera saat bayi menangis.

Pertajam Penglihatan dengan Teh Hijau



Teh hijau memang memiliki sejuta manfaat. Sifat antioksidannya, tak hanya bermanfaat bagi kecantikan, tapi juga kesehatan tubuh. Teh hijau juga bermanfaat untuk kesehatan mata.

Seperti dikutip dari laman Telegraph, teh hijau dapat melindungi mata dari serangan glaukoma atau penyakit mata lain. Organ-organ mata seperti lensa, retina, dan jaringan mata lain memiliki kemampuan yang baik menyerap nutrisi baik yang terkandung dalam teh hijau.

Hasil studi yang dipublikasikan di Journal of Agricultural and Food Chemistry, mengungkap kandungan catechin, satu jenis antioksidan dalam teh hijau. Salah satu peneliti, Chi Pang Pui, mengatakan, Catechin mengandung vitamin C, E, lutein, dan zeaxanthin, yang bermanfaat untuk penglihatan.

Para peneliti yang dari University of Hong Kong and Hong Kong Eye Hospita itu melakukan ujicoba terhadap sejumlah tikus. Hasilnya, asupan teh hijau meningkatkan ketajaman penglihatan binatang pengerat. "Kami berkesimpulan, konsumsi teh hijau bermanfaat untuk melawan gangguan stres pada mata.

Siklus Menstruasi Pengaruhi Kesuburan



Tingkat kesuburan penting bagi pasangan yang tengah merencanakan kehamilan. Kondisi yang menentukan kesuksesan pembuahan itu bisa terdeteksi lewat siklus menstruasi.

Siklus menstruasi yang normal menggambarkan proses pembentukan sel telur baik. Idealnya, wanita mengalami siklus menstruasi antara 21 sampai 35 hari. Siklus dihitung dari hari pertama menstruasi sampai hari terakhir sebelum menstruasi di bulan berikutnya.

"Gangguan kesuburan 40 persen disebabkan oleh gangguan pembentukan dan pematangan sel telur," kata dr Budi Wiweko, SPoG (K) saat ditemui di Klinik Yasmin Kencana, RSCM, Jakarta Pusat, Minggu 25 April 2010.

Siklus menstruasi yang normal, secara fisiologis menggambarkan organ reproduksi cenderung sehat dan tak bermasalah. Sistem hormonalnya juga baik, yang ditunjukkan dengan produksi sel telur yang cukup.

Siklus menstruasi yang tidak teratur bisa mempengaruhi tingkat kesuburan wanita. Salah satu pemicunya adalah Syndrom Ovaryan Polycystic yakni suatu kumpulan gejala yang terjadi akibat penumpukan folikel pada indung telur tak berkembang sempurna.

"Solusinya macam-macam, antara lain menjaga indeks masa tubuh, jangan terlalu kurus dan jangan terlalu gemuk,karena itu bisa mengganggu proses pematangan sel telur," kata dr Budi.

Selain memperbanyak makanan berserat, gaya hidup juga harus diperhatikan. Tingkat stres juga berperan meningkatkan kadar prolaktin sehingga menyebabkan siklus haid menjadi terganggu.

Apabila gangguan siklus menstruasi menjadi masalah utama kesuburan, tak perlu berkecil hati. Ada solusi lain yang bisa dilakukan. "Bisa dengan memberikan obat-obatan, inseminasi, sampai mengikuti program bayi tabung," kata dr Budi. (pet)

Olahraga dalam Air Sembuhkan Sakit Punggung


Sakit punggung sering dialami para pekerja yang duduk berjam-jam di depan komputer. Gejala ini sering disepelekan hingga kondisinya menjadi parah.

Untuk mengatasinya selain berolahraga dan berada dalam posisi duduk yang benar, ada cara lain yaitu dengan olahraga dalam air. Berikut tiga jenis olahraga yang bisa dilakukan dalam air untuk mengatasi sakit punggung.

- Berjalan dalam air

Berjalan di air bisa membantu Anda mengurangi tekanan pada sendi karena air memberikan daya apung. Menurut Water Fitness Association (USWFA) Amerika Serikat, ketika leher Anda berada dalam air, tubuh menjadi lebih ringan 90 persen. Hal ini berarti Anda akan mengurangi rasa nyeri pada punggung.

Berjalan di atas air dengan menggunakan sabuk flotasi untuk membuat tubuh tetap tegak. Untuk melakukan latihan ini, Anda cukup berjalan seperti biasa. Fokuslah untuk mempertahankan postur tubuh yang benar menggunakan otot inti dan hindari ketegangan. Anda bisa mengombinasikannya dengan gerakan lain. Seperti mengangkat kaki dengan tinggi, menggerakkan tangan, atau berjalan ke samping dan ke belakang. Seperti berjalan di darat, tingkatkan juga kecepatan dan intensitas gerakan Anda dalam air.

- Yoga dalam air

Yoga dalam air juga dikenal dengan beberapa nama seperti "yoga float" atau "yoqua". Latihannya seperti yoga biasa, tetapi dilakukan dalam air. Dengan latihan yoga dalam air, otot lebih cepat relaks, dan tubuh menjadi lebih fleksibel. Napas pun lebih terkoordinasi dengan baik. Jika Anda melakukan dalam kolam air hangat, bisa membantu mengendurkan otot yang tegang dan meningkatkan sirkulasi darah. Latihan ini cukup efektif untuk mengatasi nyeri punggung. Untuk melakukan latihan ini Anda membutuhkan instruktur.

- Aqua Pilates

Latihan pilates bisa membantu menguatkan otot inti dan otot belakang serta meningkatkan fleksibilitas. Memperkuat kedua otot tersebut, bisa membantu mengurangi nyeri punggung dan meningkatkan kerja sendi. Joseph Pilates mengembangkan latihan ini pada 1920 untuk memperkuat otot tanpa membuatnya menjadi besar.

Latihan pilates dalam air juga berfungsi mendapatkan manfaat maksimal dari efek apung untuk menghilangkan rasa nyeri dan menciptakan relaksasi pada otot. Latihan dalam air memberikan 12 hingga 14 kali lebih resistensi dibandingkan di darat. Resistensi ini memperlahan gerakan sehingga latihan lebih efektif. Seperti yoga, untuk melakukan latihan ini Anda butuh instruktur.

MANISNYA ASPARTAM ?!?!

Belakangan ini muncul isu bahaya pemanis buatan atau aspartam. Bagaimanakah sebenarnya Aspartam ini, amankah dikonsumsi?

Aspartam adalah bahan pemanis rendah kalori pengganti gula biasa (sukrosa). Aspartam memang dikenal sebagai gula diet. Tak mengherankan, bagi wanita yang sedang menjalani program mengurangi berat badan membawa gula diet kemasan sachet ini ke mana-mana.


Selain itu, aspartam juga banyak digunakan untuk minuman ringan dan minuman berenergi.

Selain kandungan rendah kalori, aspartam memiliki beberapa keunggulan, antara lain rasa manis yang hampir sama dengan gula, tanpa rasa pahit, dan tidak merusak gigi.

Gosip miring tentang aspartam kembali marak di masyarakat balakangan ini. Gosip lewat SMS, Blackberry Messenger dan E-mail ini muncul dengan mengatasnamakan IDI dan BPOM. BPOM kemudian mengumumkan bantahannya terkait isu miring ini, dalam surat edaran yang ditulis melalui situs www.pom.go.id.

BPOM menyebutkan, aspartam dikategorikan aman berdasarkan Keputusan Codex stan 192-1995 Rev. 10 Tahun 2009. Codex Alimentarius Commision (CAC) adalah Lembaga Internasional yang ditetapkan FAO/WHO untuk melindungi kesehatan konsumen dan menjamin terjadinya perdagangan yang jujur.

Beberapa institusi International seperti FDA (Food and Drugs Administration), EFSA (European Food Safety Authority), AMA (American Medical Asociation), JECFA (The Joint Expert Committee on Food Additives), dan lainnya pun menyatakan hal yang sama dengan BPOM bahwa aspartam aman digunakan.

Sehingga dapat dikonsumsi baik oleh penderita diabetes, wanita hamil, wanita menyusui bahkan anak-anak. Namun demikian, bagi penderita fenilketonuria (penyakit genetik yang sangat langka) tidak dianjurkan mengkonsumsi aspartam. Kasus fenilketonuria sampai saat ini tidak ditemukan di Indonesia.

Hasil penelitian di Amerika dilaporkan bahwa perbandingan penderita fenilketonuria adalah 1: 15.000 orang saja.

Dalam upaya meningkatkan faktor keamanan dalam penggunaannya FDA memberikan batas-batas pemakaian yang dianjurkan.

Ukuran asupan harian atau acceptable daily intake (ADI) yang diperbolehkan adalah jumlah pemanis per kilogram berat badan per hari yang dapat dikonsumsi secara aman sepanjang hidupnya tanpa menimbulkan risiko. ADI untuk aspartam adalah 40 milligram per kilogram.

Mencegah Kulit Terserang Penyakit



Jumlah penderita kanker kulit meningkat pesat di seluruh dunia. Setidaknya, dua juta kasus terdiagnosis setiap tahunnya. Kebanyakan disebabkan oleh paparan sinar matahari.

Dengan rendah hati kita layak menyadari bahwa kulit tubuh kita kerap kita sepelekan. Sering kita lupa, kulit adalah organ penting. Permukaannya saja memiliki luas sekitar 1,5 sampai 2 meter persegi dengan ketebalan 1-4 milimeter. Rata-rata beratnya 3-4 kg.



Tiga lapisan yang membentuk kulit memiliki kekuatan yang benar-benar luar biasa. Tentu saja bila kulit itu sehat. Ya, kulit memang sangat kuat karena mampu membungkus seluruh tubuh tanpa kecuali.

Bagian terluar kulit adalah lapisan epidermis, berisi tiga macam sel. Keratinosit membentuk lapisan yang sensitif, sehingga mudah terangsang bila tersentuh. Lapisan ini cukup resisten, khususnya di telapak tangan dan kaki. Tak heran, bila bagian ini disentuh sedikit saja, akan terasa geli.

Melanosit berperan dalam proses memunculkan warna cokelat saat kulit terpapar matahari. Sementara itu, sel-sel Langerhans menangkap mikroorganisme yang tidak diinginkan seperti virus dan bakteri.

Lapisan kedua, dermis, mesti berterima kasih pada kolagen yang mengisinya. Kolagen inilah yang membuat kulit elastis dan kuat. Lapisan ketiga disebut hypodermis (subkutan). Lapisan ini berlemak. Misinya memberi bantalan bila kulit tertekan oleh barang apa saja dan melindungi tubuh dari temperatur atau suhu di sekelilingnya.

Tidak Nyaman Sebagai garda terdepan, kulit menjadi penjaga utama tubuh selain rambut. Tidak heran, kulit mudah kena masalah. Jerawat, misalnya. Ini masalah paling umum yang dialami remaja hingga orang dewasa. Jerawat bisa menjadi gangguan yang cukup lama, bisa sepuluh tahun, tetapi biasanya akan mereda saat kita sudah dewasa. Munculnya jerawat disebabkan oleh berlebihnya pengeluaran sebum. Kebanyakan terjadi di muka. Saat si jerawat ini sudah hilang, kerusakan kecil (scar) bisa muncul di wajah.

Susah dimengerti secara komplet, mengapa pada beberapa orang scar ini bisa hilang, sementara pada yang lain agak sulit. Gangguan lain adalah rosacea. Ia memiliki ciri bercak-bercak merah pada tahap awal kemunculannya. Kondisi ini menetap dan segera diikuti fase peradangan dan timbul papula (tonjolan kecil di kulit) serta pustula (tonjolan pada kulit berisi nanah, diameter kurang dari 1 cm).

Meski penyebab pastinya belum diketahui, beberapa faktor risiko dapat diidentifikasi. Contohnya, konsumsi alkohol, makanan berlada, dan minuman panas, serta paparan sinar matahari berlebihan dan ras kulit putih.

Psoriasis adalah salah satu jenis penyakit kulit yang merupakan manifestasi dari cepatnya siklus hidup keratinosit, tipe sel dalam jaringan epidermis. Dialami setidaknya 2 persen orang di seluruh dunia.

Sel-sel ini berakumulasi dan membentuk bercak merah atau plak-plak agak tebal berwarna keperakan, menyebar cukup luas di seluruh tubuh. Rupa kulit semacam itu bakal mengundang tatapan aneh dari orang-orang di sekitarnya, sehingga penderita kerap merasa tidak nyaman.

Gangguan jerawat, rosacea, dan psoriasis membuat penderita merasa gelisah, bahkan depresi dan dapat menimbulkan akibat serius pada kepribadian serta kehidupan profesionalnya.

Dua Kali Lipat Masalah besar muncul ketika kanker menyerang kulit. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa berlebihnya paparan sinar matahari merupakan penyebab terbanyak kasus kanker kulit.

Sekitar 80 persen kasus kanker muncul pada kulit yang terpapar matahari, khususnya di muka dan kulit kepala. Mereka yang berkulit putih (bule) paling rentan mengalami penyakit ini.

Insiden kanker kulit meningkat di dunia saat ini. Banyak orang bule yang ingin berkulit cokelat seperti orang Asia. Sementara banyak juga orang berkulit cokelat yang tak mengindahkan paparan sinar matahari.

Melanoma merupakan kanker terbanyak, dan dialami orang dewasa muda. Setiap tahunnya sekitar 200.000 melanoma berat diderita penduduk di seluruh dunia. Jumlah ini akan meningkat dua kali lipat di negara-negara industri.

Bila sejak awal diketahui dan diatasi, penyakit ini bisa disembuhkan. Namun, bila terlambat, bisa berakibat fatal. Carcinoma merupakan kanker yang menyerang orang dewasa. Kejadian paling kerap adalah munculnya sel basal carcinoma berbentuk tumor atau kontur lain yang cukup mengesankan dengan beragam bentuk.

Sel carcinoma squamous adalah jenis yang berbahaya. Agak sulit didiagnosis dan menimbulkan luka cukup banyak dan besar. Bila tidak segera ditangani bakal mematikan.

Actinic keratosis (solar keratosis) harus kerap dimonitor dengan ketat karena potensi untuk menjadi sel carcinoma sangat besar. Muncul akibat efek sinar ultraviolet. Kerusakan atau kekacauan muncul dalam bentuk titik-titik kecil berwarna merah muda.

Bila disentuh, kulit terasa kasar dan secara progresif akan membentuk keropeng berwarna abu-abu atau putih. Jenis ini hanya muncul pada bagian tubuh yang terpapar sinar matahari.

10 Kiat Lindungi Kulit Tahun 1986, sebuah perusahaan farmasi besar pernah meluncurkan kampanye di Perancis untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya melanoma dan upaya pencegahannya. Kampanye bertajuk Enjoy the Sun, Beware of Burns ini mengemukakan 10 hal penting.

1. Hati-hati pada saat-saat tertentu (pukul 12.00 hingga 16.00). Ini adalah waktu terpanas dan sinar ultraviolet sangat agresif meradiasi kulit.
2. Lindungi kulit dengan pakaian. Ini adalah cara terbaik.
3. Bila kulit terpapar, siap-siap gunakan krim pelindung atau tabir surya (sun block-sunscreen). Gunakan berulang kali, tetapi jangan dalam jangka lama.
4. Gunakan pakaian yang cocok untuk melindungi kulit.
5. Bila hendak berjemur, siapkan handuk, krim, payung, kacamata hitam, dll.
6. Hati-hati meski tidak terasa. Yang berbahaya adalah Anda terpapar sinar matahari tetapi tidak merasa entah karena ada pasir, air, salju, atau pantulan udara dingin. Semua itu tidak bisa melindungi Anda dari sinar ultraviolet.
7. Berjemur atau mandi matahari (sunbathing) bukan satu-satunya faktor risiko. Bila berkebun atau berolahraga, Anda perlu waspada dengan paparan sinar UV.
8. Hindari si kecil dari paparan sinar matahari meski ada pelindungnya.
9. Jangan lupa, sinar matahari yang membakar saat masih kanak-kanak menyebabkan timbulnya melanoma saat dewasa.
10. Yang terpenting, lakukan semua kiat ini!